Konsep pendidikan seumur hidup sebenarnya sudah sejak lama dipikirkar oleh pakar pendidikan dari zaman ke zaman. Asas pendidikan seumur hidup bahwa proses pendidikan merupakan suatu proses kontinu yang bermula sejak seseorang dilahirkan hingga meninggal dunia. Proses pendidikan ini mencakup bentuk-bentuk belajar secara informal maupun formal, baik yang berlangsung dalam keluarga, di sekolah, dalam pekerjaan dan dalam kehidupan masyarakat.
Masyarakat sebagai mitra pemerintah berkesempatan seluas-luasnya untuk berperan serta dalam penyelenggaraan pendidikan nasional yang diatur dalam GBHN 1993 bahwa pendidikan nasional dikembangkan secara padu dan serasi, baik antara berbagai jalur, jenis dan jenjang pendidikan dengan sektor pembangunan lainnya serta antara daerah.
Pendidikan adalah usaha sadar orang dewasa dan disengaja serta bertanggung jawab untuk mendewasakan anak yang belum dewasa berlangsung secara terus menerus. Kaitannya dengan hal ini berarti pendidikan itu tiada hentinya, apabila terdapat fenomena anak putus sekolah itu bukan berarti menjadi terhentinya konsep pendidikan seumur hidup tersebut karena proses belajar bukan hanya terjadi dalam bangku sekolah saja akan tetapi seseorang bisa belajar dari orang tua, pengalaman orang lain ataupun melalui lingkungan sekitar seseorang bisa belajar sesuatu. Dengan kata lain konsep pendidikan seumur hidup adalah selama masih bisa bernafas maka proses pendidikan akan selalu ada.
Go_Blog
Wednesday, 27 January 2016
Wednesday, 18 November 2015
Strategi Pendidikan Karakter di Sekolah/Madrasah
Menurut buku pedoman pelaksanaan pendidikan karakter yang diterbitkan oleh kementrian pendidikan nasional, bahwa strategi pelaksanaan pendidikan karakter di sekolah/madrasah dapat dilakukan dengan 4 (empat) cara, yaitu:
1. Mengintregasikan ke setiap Mata Pelajaran
Mengintregasikan ke setiap mata pelajaran bertujuan untuk memperkenalkan nilai-nilai pendidikan karakter di setiap mata pelajaran, sehingga menyadari akan pentingnya nilai-nilai tersebut dan menginternalisasian nilai-nilai ke dalam tingkah laku pesrta didik sehari-hari melalui proses pembelajaran, baik yang erlangsung di dalam maupun di luar kelas. Pada dasarnya kegiatan pembelajaran, selain untuk menjadikan peserta didik menguasai kompetensi (materi) yang ditargetkan, juga dirancang untuk menjadikan peserta didik mengenal, menyadari, dan menginternalisasikan nilai-nilai dan menjadikannya perilaku.
Pelaksanaan pendidikan karakter di sekolah dilakukan dengan mengintregasikan nilai-nilai pendidikan karakter ke dalam kompetensi dasar (KD). Dalam konteks ini, setiap guru mata pelajaran di sekolah diharuskan untuk merancang standar kompetensi (SK) yang mengintregasikan nilai-nilai pendidikan karakter di dalamnya. Selanjutnya kompetensi dasar (KD) yang telah terintregasi dengan nilai-nilai pendidikan karakter tersebut dikembangkan pada silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP).
2. Pengembangan Budaya Sekolah
Pengembangan budaya sekolah dilakukan melalui kegiatan pengembangan diri, yaitu dalam bentuk:
a. Kegiatan rutin, yaitu kegiatan yang dilakukan siswa secara terus-menerus dan konsisten setiap saat. Kegiatan rutin tersebut contohnya: tilawah atau tahfidz Al-Qur’an sebelum jam pelajaran, shalat dhuha berjamaah, shalat dhuhur berjamaah, operasi semut, makan siang bersama, upacara hari senin, dan lain-lain.
b. Kegiatan spontan, yaitu kegiatan yang dilakukan secara spontan tanpa direncanakan terlebih dahulu, atau disebut juga kegiatan incidental, kegiatan spontan itu contihnya: pengumpulan sumbangan ketika terjadi bencana, imunisasi kesehatan, dan sebagainya.
c. Keteladanan, yaitu perilaku dan sikap guru dan tenaga pendidikan dalam memberikan contoh melalui tindakan baik, sehingga menjadi panutan bagi siswa. Keteladanan itu di antaranya guru harus berpakaian rapi, guru harus dating lebih awal kesekolah dibandingakan siswa, dan membiasakan budaya salam setiap ketemu siswa.
d. Pengkondisian, yaitu upaya sekolah untuk menata lingkungan fisik maupun non fisik demi terciptanya suasana yang mendukung terlaksananya pendidikan karakter. Pengkondisian itu dilakukan dengan cara: menyediakan sarana ibadah yang representative, menyediakan tempat pembuangan sampah organik/non organik , menempelkan poster dan kata-kata motovasi, serta menyediakan buku-buku bacaan yang mendukung dan laboratorium computer.
3. Melalui Kegiatan Ekstra Kulikuler
Kegiatan ekstra kulikuler merupakan kegiatan-kegiatan diluar jam pelajaran dalam rangka menyalurkan minat, bakat, hobi siswa, juga untuk mendukung pelaksanaan pendidikan karakter. Kegiatan ekstra kulikuler tersebut antara lain: seni baca Al-Qur’an, seni kaligrafi, seni nasyid, seni rupa, seni teater, futsal, basket, English club, bahasa arab, bahasa daerah, computer, bahasa inggris, renang, bulu tangkis, teknologi sederhana, dan sebagainya.
4. Kegiatan Keseharian di Rumah
Keluarga atau rumah merupakan patner penting pelaksanaan pendidikan karakter di sekolah. Sekolah sebaiknya mengajak orang tua untuk bersama-sama memantau aktifitas siswa di rumah dengan cara menyediakan kartu monitoring yang kemudian dilaporkan ke sekolah sebulan dua kali atau sebulan sekali tergantung kesepakatan pih
Tuesday, 17 November 2015
Nilai-nilai yang Dikembangkan dalam Pendidikan Karakter
Seperti dikemukakan sebelumnya bahwa inti pendidikan
karakter bukanlah sekedar mengajarkan pengetahuan kepada peserta didik tentang
mana yang baik dan mana yang buruk. Namun lebih dari itu, pendidikan karakter
adalah proses menanamkan (internalisasi) nilai-nilai positif kepada peserta
didik melalui berbagai metode dan strategi yang tepat.
Dalam rangka
memperkuat pelaksanaan pendidikan karakter, pemerintah sebenarnya telah
mengidentifikasi 18 nilai yang bersumber dari agama, budaya dan falsafah
bangsa, yaitu: (1) religious, (2) jujur, (3) toleransi, (4) disiplin, (5) kerja
keras, (6) kreatif, (7) mandiri, (8) demokrasi, (9) rasa ingin tahu, (10)
semangat kebangsaan, (11) cinta tanah air, (12) menghargai prestasi, (13)
bersahabat/komikatif, (14) cinta damai, (15) gemar membaca, (16) peduli
lingkungan, (17) peduli sosial, dan (18) tanggung jawab.
Nilai-nilai
yang dikembangkan dalam pendidikan karakter tersebut jika dideskripsikan
sebagai berikut:
Deskripsi Nilai Pendidikan Karakter :
Nilai Deskripsi
1.
Religious
Sikap dan perilaku yang patuh dalam
melaksanakan ajaran agama yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah
agama lain, dan hidup rukun dengan pemelik agama lain.
2.
Jujur
Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan
dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan,
dan pekerjaaan.
3.
Toleransi
Sikap dan tindakan yang menghargai
perbedaan agama, suku, etnis, pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang
berbeda dari dirinya
4.
Disiplin
Tindakan yang menunjukkan perilaku yang
tertib dan patuh pada berbagai ketentuan para peraturan.
5.
Kerja Keras
Perilaku yang menunjukkan upaya
sungguh-sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan belajar dan tugas, serta
menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya.
6.
Kreatif
Berpikir dan melakukan sesuatu untuk
menghasilkan cara atau hasil baru dari sesuatu yang telah dimiliki.
7.
Mandiri
Sikap dan prilaku yang tidak mudah
tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan tugas.
8.
Demokratis
Cara berfikir, bersikap, dan bertindak yang
menilai sama hak dan kewajiban dirinya dan orang lain.
9.
Rasa Ingin
Tahu
Sikap dan tindakan yang selalu berupaya
untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajarinya, dilihat,
dan didengar.
10.
Semangat Kebangsaan
Cara berfikir, bertindak, dan berwawasan
yang menempatkan kepentingan bangsa dan Negara di atas kepentingan diri dan
kelompoknya.
11.
Cinta Tanah Air
Cara berfikir, bersikap, dan berbuat yang
menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa,
lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan politik bangsa.
12.
Menghargai Prestasi
Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya
untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui serta
menghormati keberhasilan orang lain.
13.
Bersahabat/Komunikatif
Tindakan yang memperlihatkan rasa senang
berbicara, bergaul, dan bekerja sama dengan orang lain.
14.
Cinta Damai
Sikap, perkataan, dan tindakan yang
menyebabkan orang lain merasa senang dan aman atas kehadiran dirinya.
15.
Gemar Membaca
Kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca
berbagai bacaan yang memberikan kebijakan bagi dirinya.
16.
Peduli Lingkungan
Sikap dan tindakan yang selalu berupaya
mencegah kerusakan pada lingkungan alam di sekitarnya, dan mengembangkan
upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi.
17.
Peduli Sosial
Sikap dan tindakan yang selalu ingin member
bantuan kepada orang lain dan masyarakat yang membutuhkan.
18.
Tanggung Jawab
Sikap dan perilaku seseorang untuk
melaksanakan tugas dan kewajibannya yang seharusnya dia lakukan terhadap diri
sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial dan budaya), Negara, dan Tuhan
Yang Maha Esa.
Monday, 16 November 2015
Tujuan Pendidikan Karakter
Pendapat
para ahi mengenai pentingnya pendidikan karakter untuk segera dikembangkan dan
diinternalisasikan, baik dalam pendidikan formal maupun dalam pendidikan non
formal tentu beralasan, karena memiliki manfaat serta tujuan yang cukup mulia
bagi bekal kehidupan peserta didik agar senantiasa siap dalam merespon segala
dinamika kehidupan dengan penuh tanggung jawab.
Pendidikan karakter bukan hanya
tanggung jawab guru tetapi semua stakeholder pendidikan harus terlibat dalam
rangka mengembangkan pendidikan karakter ini, bahkan pemangku kebijakan harus
menjadi teladan terdepan. Hal ini sebagai mana dikemukakan Doni(2007:135),
dengan menempatkan pendidikan karakter dalam rangka dinamika dan dialektika
proses pembentukan individu, para insane pendidik seperti guru, orang tua, staf
sekolah, masyarakat dan lainnya, diharapkan semakin menyadari pentingnya
pendidikan karakter sebagai sarana pembentuk pedoman perilaku, pengayaan nilai
individu dengan cara memberikan ruang bagi figure keteladanan bagi anak didik
dan menciptakan lingkungan yang kondusif bagi proses pertumbuhan berupa
kenyamanan dan keamanan yang membantu suasana pengembangan diri satu sama lain
dalam keseluruhan dimensinya.
Satu hal yang harus diperhatikan
sebuah lembaga pendidikan untuk merealisasikan pendidikan karakter ini adalah
membuat visi sekolah yang jelas. Karena, visi lembaga pendidikan menurut Aqib (2011:47)
akan menentukan sejauh mana program pendidikan karakter itu berhasil diterapkan
didalam lingkungan sekolah. Melalui visi ini, sekolah-sekolah memberikan sebuah
lingkungan nyata dimana idealism dan cita-cita secara kongkrit menjadi pedoman
perilaku, sumber motivasi, sehingga setiap individu di dalam lembaga itu
semakin tumbuh secara utuh dan penuh. Pendidikan karakter yang memiliki basis
dasar pendekatan nilai-nilai ini, dengan adanya visi lembaga pendidikan akan
menjadi contoh nyata sebuah sikap hidup berdasarkan nilai-nilai ideal.
Menurut Dharma, dkk (2011:9),
tujuan penting pendidikan karakter adalah memfasilitasi pengetahuan dan
pengembangan nilai-nilai tertentu sehingga terwujud dalam perilaku anak, baik
ketika proses sekolah maupun setelah proses sekolah (setelah lulus dari sekolah).
Pengetahuan dan pengembangan memiliki makna bahw pendidikan dalam seting
sekolah bukanlah dogmatisasi nilai kepada peserta didik, tetapi sebuah proses
yang membawa peserta didik untuk memahami dan merefleksi bagaimana suatu nilai
menjadi penting untuk diwujudkan dalam perilaku keseharian manusia, termasuk
bagi anak. Penguatan juga mengarahkan proses pendidikan pada proses pembiasaan
yang disertai oleh logika dan refleksi terhadap proses dan dampak dari proses
pembiasaan yang dilakukan oleh sekolah. Penguatan pun memiliki makna adanya
hubungan antara penguatan perilaku melalui pembiasaan disekolah dengan
pembiasaan dirumah.
Lebih lanjut, para ahli membagi
tujuan pendidikan karakter di sekolah/madrasah menjadi dua bagian. Pertama, bagi guru (pendidik), dan kedua, bagi peserta didik. Tujuan pendidikan
karakter bagi peserta didik sudah jelas dipaparkan oleh para ahli di atas, yang
intinya adalah mendorong terciptanya keberhasilan belajar peserta didik, serta
bertujuan untuk mendewasakan peserta didik agar memiliki kepekaan terhadap
nilai-nilai moral yang paripurna, serta seimbang antara kecerdasan intelektual,
emosional, dan spiritual.
Adapun tujuan pendidikan
karakter bagi guru/pendidik diharapkan menjadi sebuah primer efek, yang dapat member
serta menjadikan dirinya suri teladan bagi semua lingkungan sekolah, terutama
kepada siswa/peserta didik, sehingga guru memiliki profesionalisme serta
tanggung jawab penuh untukmembangun peradaban bangsa melalui lembaga
pendidikan. Guru akan lebih menyadari betapa keteladanan merupakan sebuah kunci
utama dalam mengembangkan pendidikan nilai kepada peserta didik. Ironis nampaknya
apabila kita sebagai guru berteriak-teriak memotivasi dan mengembangkan
karakter peserta didik, sementara kita sebagai pendidik orang yang pertama
mendistorsi norma-norma serta nilai-nilai karakter yang telah kita adaptasikan
pada peserta didik. Dengan demikian tujuan pendidikan karakter di
sekolah/madrasah itu bukan hanya kepentingan peserta didik saja, namun juga
akan berdampak besar kepada sikap dan perilaku guru sebagai orang yang
mengajarkannya.
Dari uraian di atas dapat
dipahami bahwa tujuan diadakannya pendidikan karakter, baik di sekolah,
madrasah maupun rumah adalah dalam rangka menciptakan manusia Indonesia seutuhya,
yaitu manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak
mulia serta memiliki tanggung jawab yang tinggi dalam menjalankan kehidupan
ini.
Sunday, 15 November 2015
Pengertian Pendidikan Karakter
Apa itu pendidikan karakter? Sebelum
dijelaskan makna pendidikan karakter, terlebih dahulu akan diuraikan definisi
karakter. Secara etimologis, kata karakter berarti tabiat, watak, sifat-sifat
kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang
membadakan seseorang dengan orang lain (poerwadarminta, 1996:521). Dalam bahasa
inggris, karakter(character) diberi arti a distinctive differentiating mark,
tanda atau sifat yang membedakan seseorang dengan orang lain(Martin H. Manser,
1995:318).
Sedangkan secara terminologis, para
ahli memberikan definisi yang berbeda-beda mengenai karakter. Doni koesoema (2007:80)
menjelaskan bahwa kita sering mengasosiasikan karakter dengan apa yang disebut
tempramen yang memberinya definisi yang menentukan unsur psikososial yang
dikaitkan dengan pendidikan dan konteks lingkungan. Kita juga bisa memahami
karakter dari sudut behavior yang menekankan unnsur somatopsikis yang dimiliki
individu sejak lahir. Disini istilah karakter sama dengan kepribadia. Kepribadian
dianggap sebagai cirri atau karakteristik atau gaya atau sifat khas dari
seseorang yang bersumber dari bentukan-bentukan yang diterima dari lingkungan,
misalnya, keluarga pada masa kecil dan juga bawaan seseorang sejak lahir.
Dalam kamus sosiologi, istilah
krakter menurut sunarta(2011:151) adalah cirri khusus dari struktur dasar
kepribadian seseorang (watak). Sedangkan watak yang diperoleh (character
acquired) merupakan atribut seseorang yang perkembangannya berasal dari sumber
lain di luar dirinya oleh karena berhubungan dengan lingkungan alam atau social.
Karakter juga dapat diartikan personality bagi individu, dan karakteristik(characteristic)
bagi kelompok atau kebudayaan yang menjadi identitasnya. Kita juga mengenal
istilah characterization yaitu proses pengambilan cirri-ciri tertentu melalui
warisan atau karena lingkungan atau karena kombinasi keduanya.
Subscribe to:
Comments (Atom)