Go_Blog: November 2015

Wednesday, 18 November 2015

Strategi Pendidikan Karakter di Sekolah/Madrasah



                Menurut buku pedoman pelaksanaan pendidikan karakter yang diterbitkan oleh kementrian pendidikan nasional, bahwa strategi pelaksanaan pendidikan karakter di sekolah/madrasah dapat dilakukan dengan 4 (empat) cara, yaitu:
1.       Mengintregasikan ke setiap Mata Pelajaran
                Mengintregasikan ke setiap mata pelajaran bertujuan untuk memperkenalkan nilai-nilai pendidikan karakter di setiap mata pelajaran, sehingga menyadari akan pentingnya nilai-nilai tersebut dan menginternalisasian nilai-nilai ke dalam tingkah laku pesrta didik sehari-hari melalui proses pembelajaran, baik yang erlangsung di dalam maupun di luar kelas. Pada dasarnya kegiatan pembelajaran, selain untuk menjadikan peserta didik menguasai kompetensi (materi) yang ditargetkan, juga dirancang untuk menjadikan peserta didik mengenal, menyadari, dan menginternalisasikan nilai-nilai dan menjadikannya perilaku.
                Pelaksanaan pendidikan karakter di sekolah dilakukan dengan mengintregasikan nilai-nilai pendidikan karakter ke dalam kompetensi dasar (KD). Dalam konteks ini, setiap guru mata pelajaran di sekolah diharuskan untuk merancang standar kompetensi (SK) yang mengintregasikan nilai-nilai pendidikan karakter di dalamnya. Selanjutnya kompetensi dasar (KD) yang telah terintregasi dengan nilai-nilai pendidikan karakter tersebut dikembangkan pada silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP).
2.       Pengembangan Budaya Sekolah
                Pengembangan budaya sekolah dilakukan melalui kegiatan pengembangan diri, yaitu dalam bentuk:
a.               Kegiatan rutin, yaitu kegiatan yang dilakukan siswa secara terus-menerus dan konsisten setiap saat. Kegiatan rutin tersebut contohnya: tilawah atau tahfidz Al-Qur’an sebelum jam pelajaran, shalat dhuha berjamaah, shalat dhuhur berjamaah, operasi semut, makan siang bersama, upacara hari senin, dan lain-lain.
b.              Kegiatan spontan, yaitu kegiatan yang dilakukan secara spontan tanpa direncanakan terlebih dahulu, atau disebut juga kegiatan incidental, kegiatan spontan itu contihnya: pengumpulan sumbangan ketika terjadi bencana, imunisasi kesehatan, dan sebagainya.
c.               Keteladanan, yaitu perilaku dan sikap guru dan tenaga pendidikan dalam memberikan contoh melalui tindakan baik, sehingga menjadi panutan bagi siswa. Keteladanan itu di antaranya guru harus berpakaian rapi, guru harus dating lebih awal kesekolah dibandingakan siswa, dan membiasakan budaya salam setiap ketemu siswa.
d.              Pengkondisian, yaitu upaya sekolah untuk menata lingkungan fisik maupun non fisik demi terciptanya suasana yang mendukung terlaksananya pendidikan karakter. Pengkondisian itu dilakukan dengan cara: menyediakan sarana ibadah yang representative, menyediakan tempat pembuangan sampah organik/non organik , menempelkan poster dan kata-kata motovasi, serta menyediakan buku-buku bacaan yang mendukung dan laboratorium computer.
3.       Melalui Kegiatan Ekstra Kulikuler
                Kegiatan ekstra kulikuler merupakan kegiatan-kegiatan diluar jam pelajaran dalam rangka menyalurkan minat, bakat, hobi siswa, juga untuk mendukung pelaksanaan pendidikan karakter. Kegiatan ekstra kulikuler tersebut antara lain: seni baca Al-Qur’an, seni kaligrafi, seni nasyid, seni rupa, seni teater, futsal, basket, English club, bahasa arab, bahasa daerah, computer, bahasa inggris, renang, bulu tangkis, teknologi sederhana, dan sebagainya.
4.       Kegiatan Keseharian di Rumah
                Keluarga atau rumah merupakan patner penting pelaksanaan pendidikan karakter di sekolah. Sekolah sebaiknya mengajak orang tua untuk bersama-sama memantau aktifitas siswa di rumah dengan cara menyediakan kartu monitoring yang kemudian dilaporkan ke sekolah sebulan dua kali atau sebulan sekali tergantung kesepakatan pih

Tuesday, 17 November 2015

Nilai-nilai yang Dikembangkan dalam Pendidikan Karakter



Seperti dikemukakan sebelumnya bahwa inti pendidikan karakter bukanlah sekedar mengajarkan pengetahuan kepada peserta didik tentang mana yang baik dan mana yang buruk. Namun lebih dari itu, pendidikan karakter adalah proses menanamkan (internalisasi) nilai-nilai positif kepada peserta didik melalui berbagai metode dan strategi yang tepat.
                Dalam rangka memperkuat pelaksanaan pendidikan karakter, pemerintah sebenarnya telah mengidentifikasi 18 nilai yang bersumber dari agama, budaya dan falsafah bangsa, yaitu: (1) religious, (2) jujur, (3) toleransi, (4) disiplin, (5) kerja keras, (6) kreatif, (7) mandiri, (8) demokrasi, (9) rasa ingin tahu, (10) semangat kebangsaan, (11) cinta tanah air, (12) menghargai prestasi, (13) bersahabat/komikatif, (14) cinta damai, (15) gemar membaca, (16) peduli lingkungan, (17) peduli sosial, dan (18) tanggung jawab.
                Nilai-nilai yang dikembangkan dalam pendidikan karakter tersebut jika dideskripsikan sebagai berikut:
Deskripsi Nilai Pendidikan Karakter :

Nilai Deskripsi
1.       Religious
Sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, dan hidup rukun dengan pemelik agama lain.
2.        Jujur
Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaaan.
3.        Toleransi
Sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis, pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya
4.        Disiplin
Tindakan yang menunjukkan perilaku yang tertib dan patuh pada berbagai ketentuan para peraturan.
5.        Kerja Keras
Perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan belajar dan tugas, serta menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya.
6.        Kreatif
Berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil baru dari sesuatu yang telah dimiliki.
7.       Mandiri
Sikap dan prilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan tugas.
8.        Demokratis
Cara berfikir, bersikap, dan bertindak yang menilai sama hak dan kewajiban dirinya dan orang lain.
9.        Rasa Ingin Tahu
Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajarinya, dilihat, dan didengar.
10.   Semangat Kebangsaan
Cara berfikir, bertindak, dan berwawasan yang menempatkan kepentingan bangsa dan Negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya.
11.   Cinta Tanah Air
Cara berfikir, bersikap, dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan politik bangsa.
12.   Menghargai Prestasi
Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui serta menghormati keberhasilan orang lain.
13.   Bersahabat/Komunikatif
Tindakan yang memperlihatkan rasa senang berbicara, bergaul, dan bekerja sama dengan orang lain.
14.   Cinta Damai
Sikap, perkataan, dan tindakan yang menyebabkan orang lain merasa senang dan aman atas kehadiran dirinya.
15.   Gemar Membaca
Kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca berbagai bacaan yang memberikan kebijakan bagi dirinya.
16.   Peduli Lingkungan
Sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan pada lingkungan alam di sekitarnya, dan mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi.
17.   Peduli Sosial
Sikap dan tindakan yang selalu ingin member bantuan kepada orang lain dan masyarakat yang membutuhkan.
18.   Tanggung Jawab
Sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya yang seharusnya dia lakukan terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial dan budaya), Negara, dan Tuhan Yang Maha Esa.

Monday, 16 November 2015

Tujuan Pendidikan Karakter



                Pendapat para ahi mengenai pentingnya pendidikan karakter untuk segera dikembangkan dan diinternalisasikan, baik dalam pendidikan formal maupun dalam pendidikan non formal tentu beralasan, karena memiliki manfaat serta tujuan yang cukup mulia bagi bekal kehidupan peserta didik agar senantiasa siap dalam merespon segala dinamika kehidupan dengan penuh tanggung jawab.
                Pendidikan karakter bukan hanya tanggung jawab guru tetapi semua stakeholder pendidikan harus terlibat dalam rangka mengembangkan pendidikan karakter ini, bahkan pemangku kebijakan harus menjadi teladan terdepan. Hal ini sebagai mana dikemukakan Doni(2007:135), dengan menempatkan pendidikan karakter dalam rangka dinamika dan dialektika proses pembentukan individu, para insane pendidik seperti guru, orang tua, staf sekolah, masyarakat dan lainnya, diharapkan semakin menyadari pentingnya pendidikan karakter sebagai sarana pembentuk pedoman perilaku, pengayaan nilai individu dengan cara memberikan ruang bagi figure keteladanan bagi anak didik dan menciptakan lingkungan yang kondusif bagi proses pertumbuhan berupa kenyamanan dan keamanan yang membantu suasana pengembangan diri satu sama lain dalam keseluruhan dimensinya.
                Satu hal yang harus diperhatikan sebuah lembaga pendidikan untuk merealisasikan pendidikan karakter ini adalah membuat visi sekolah yang jelas. Karena, visi lembaga pendidikan menurut Aqib (2011:47) akan menentukan sejauh mana program pendidikan karakter itu berhasil diterapkan didalam lingkungan sekolah. Melalui visi ini, sekolah-sekolah memberikan sebuah lingkungan nyata dimana idealism dan cita-cita secara kongkrit menjadi pedoman perilaku, sumber motivasi, sehingga setiap individu di dalam lembaga itu semakin tumbuh secara utuh dan penuh. Pendidikan karakter yang memiliki basis dasar pendekatan nilai-nilai ini, dengan adanya visi lembaga pendidikan akan menjadi contoh nyata sebuah sikap hidup berdasarkan nilai-nilai ideal.
                Menurut Dharma, dkk (2011:9), tujuan penting pendidikan karakter adalah memfasilitasi pengetahuan dan pengembangan nilai-nilai tertentu sehingga terwujud dalam perilaku anak, baik ketika proses sekolah maupun setelah proses sekolah (setelah lulus dari sekolah). Pengetahuan dan pengembangan memiliki makna bahw pendidikan dalam seting sekolah bukanlah dogmatisasi nilai kepada peserta didik, tetapi sebuah proses yang membawa peserta didik untuk memahami dan merefleksi bagaimana suatu nilai menjadi penting untuk diwujudkan dalam perilaku keseharian manusia, termasuk bagi anak. Penguatan juga mengarahkan proses pendidikan pada proses pembiasaan yang disertai oleh logika dan refleksi terhadap proses dan dampak dari proses pembiasaan yang dilakukan oleh sekolah. Penguatan pun memiliki makna adanya hubungan antara penguatan perilaku melalui pembiasaan disekolah dengan pembiasaan dirumah.
                Lebih lanjut, para ahli membagi tujuan pendidikan karakter di sekolah/madrasah menjadi dua bagian. Pertama, bagi guru (pendidik), dan kedua, bagi peserta didik. Tujuan pendidikan karakter bagi peserta didik sudah jelas dipaparkan oleh para ahli di atas, yang intinya adalah mendorong terciptanya keberhasilan belajar peserta didik, serta bertujuan untuk mendewasakan peserta didik agar memiliki kepekaan terhadap nilai-nilai moral yang paripurna, serta seimbang antara kecerdasan intelektual, emosional, dan spiritual.
                Adapun tujuan pendidikan karakter bagi guru/pendidik diharapkan menjadi sebuah primer efek, yang dapat member serta menjadikan dirinya suri teladan bagi semua lingkungan sekolah, terutama kepada siswa/peserta didik, sehingga guru memiliki profesionalisme serta tanggung jawab penuh untukmembangun peradaban bangsa melalui lembaga pendidikan. Guru akan lebih menyadari betapa keteladanan merupakan sebuah kunci utama dalam mengembangkan pendidikan nilai kepada peserta didik. Ironis nampaknya apabila kita sebagai guru berteriak-teriak memotivasi dan mengembangkan karakter peserta didik, sementara kita sebagai pendidik orang yang pertama mendistorsi norma-norma serta nilai-nilai karakter yang telah kita adaptasikan pada peserta didik. Dengan demikian tujuan pendidikan karakter di sekolah/madrasah itu bukan hanya kepentingan peserta didik saja, namun juga akan berdampak besar kepada sikap dan perilaku guru sebagai orang yang mengajarkannya.
                Dari uraian di atas dapat dipahami bahwa tujuan diadakannya pendidikan karakter, baik di sekolah, madrasah maupun rumah adalah dalam rangka menciptakan manusia Indonesia seutuhya, yaitu manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia serta memiliki tanggung jawab yang tinggi dalam menjalankan kehidupan ini.

Sunday, 15 November 2015

Pengertian Pendidikan Karakter



            Apa itu pendidikan karakter? Sebelum dijelaskan makna pendidikan karakter, terlebih dahulu akan diuraikan definisi karakter. Secara etimologis, kata karakter berarti tabiat, watak, sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi  pekerti yang membadakan seseorang dengan orang lain (poerwadarminta, 1996:521). Dalam bahasa inggris, karakter(character) diberi arti a distinctive differentiating mark, tanda atau sifat yang membedakan seseorang dengan orang lain(Martin H. Manser, 1995:318).
            Sedangkan secara terminologis, para ahli memberikan definisi yang berbeda-beda mengenai karakter. Doni koesoema (2007:80) menjelaskan bahwa kita sering mengasosiasikan karakter dengan apa yang disebut tempramen yang memberinya definisi yang menentukan unsur psikososial yang dikaitkan dengan pendidikan dan konteks lingkungan. Kita juga bisa memahami karakter dari sudut behavior yang menekankan unnsur somatopsikis yang dimiliki individu sejak lahir. Disini istilah karakter sama dengan kepribadia. Kepribadian dianggap sebagai cirri atau karakteristik atau gaya atau sifat khas dari seseorang yang bersumber dari bentukan-bentukan yang diterima dari lingkungan, misalnya, keluarga pada masa kecil dan juga bawaan seseorang sejak lahir.
            Dalam kamus sosiologi, istilah krakter menurut sunarta(2011:151) adalah cirri khusus dari struktur dasar kepribadian seseorang (watak). Sedangkan watak yang diperoleh (character acquired) merupakan atribut seseorang yang perkembangannya berasal dari sumber lain di luar dirinya oleh karena berhubungan dengan lingkungan alam atau social. Karakter juga dapat diartikan personality bagi individu, dan karakteristik(characteristic) bagi kelompok atau kebudayaan yang menjadi identitasnya. Kita juga mengenal istilah characterization yaitu proses pengambilan cirri-ciri tertentu melalui warisan atau karena lingkungan atau karena kombinasi keduanya.